Kamis, 08 Desember 2011

 Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah kepada-Nya. Untuk mencapai tujuan itu manusia dibekali dengan akal yang dengannya diharapkan manusia mampu memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah. Disamping dianugerahi akal, manusia juga diberikan nafsu. Pergaulan dengan manusia lain tidak semata berdampak positif, tapi juga meninggalkan bekas keburukan bagi manusia itu sendiri.
Dalam kitab Abiyanal Hawa’iz juz 6, Syaikh Ahmad Rifa’i memberikan satu tamsil perjalanan manusia dengan perumpaan yang sangat indah ;

Perjalanan hidup manusia itu laksana sebuah perahu, layarnya adalah niat didalam hati yang menginginkan kehidupan kelak diakhirat, kekal disurga-Nya. Tiangnya layar adalah menunaikan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya. Kemudinya ialah Iman yang kuat, Jangkarnya adalah Sabar, memepertahankan diri dari marabahaya. Kompasnya adalah ikhlas, semata-mata hanya karena Allah, sebagai pertanda ikhlash ia melaksanakan ibadah dengan dibekali ilmu pengetahuan yang cukup, sehingga ibadahnya sah sesuai dengan syari’at.

Dalam sebuah pelayaran, kita juga dituntut mengetahui marabahaya yang akan menghadang pelayaran kita, selanjutnya memohon kepada Allah SWT, rahmat-Nya diiabaratkan angin yang akan membawa kita ke arah tujuan semula. Sedangkan dagangannya adalah amal ikhlash. Mu’alimnya ialah ma’rifat kepada Allah. dan adat kebiasaan didunia merupakan ombak yang akan mengombang-ambingkan kapal kehidupan kita. Orang yang mengajak durhaka kepada-Nya ditamsilkan sebagai bajak laut, yang akan merampas dagangan kita, bukan hanya merampas harta, mereka juga akan memboyong kita, jadilah kita budak yang tanpa daya ditangan para bajak laut yang kejam. Anehnya banyak dari kita yang , tapi malah senang dan akhirnya berkawan dengan bajak laut./zid/08/10

0 komentar :

Posting Komentar